Breaking News

Sejarah Singkat Berdirinya Desa Tangkiang, Kintom

Banggai, Sulteng - Desa Tangkiang salah satu Desa yang ada di Wilayah Kecamatan Kintom, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah adalah Desa yang berdiri pada tahun 1928.

Tangkiang termasuk salah satu Desa yang tersirat dalam sejarah berdirinya Kabupaten Banggai.

Mulanya, penduduk Tangkian adalah  suku saluan yang terpencar secara berkelompok mendiami daerah pegunungan. Terdiri dari etnik yang masing-masing bernama, 

Tandaian atau Lauwak, yakni Etnis Tangkiang.

Bahanoon atau etnis Kalolos.

Pondauk yakni Etnis Bolonuan. 

Pelaing atau Sinasaban yakni Etnis Padang dan Tambakuku yakni Etnis Manyula.

Masing-masing kelompok dipimpin oleh seseorang yang disebut Tonggol dan sebagai pusat pemerintahan berada diwilayah Tandaian atau Lauwak, yang dipimpin oleh seseorang yang disebut  Dakaknyo. 

Seiring dengan masuknya penyebaran Agama Islam di Indonesia pada abad ke XV, sangat berpengaruh pada sistem pemerintahan saat itu. 

Sehingga sistem pemerintahan yang masi tradisional berubah menjadi sistem pemerintahan yang baru dan dipimpin oleh seorang pemimpin yang disebut Bosanyo.

Pusat pemerintahan saat itu dipindahkan dari Tandaian atau Lauwak, ke daerah baru yang diberi nama Talang batu. 

Setelah pemerintahan berada di Talang batu, diadakanlah suatu musyawarah Adat, untuk pemberian nama baru yang dapat menggambarkan rasa persatuan dan kesatuan serta kebersamaan membangun negeri.

Musyawarah Adat dihadiri oleh pemimpin masing-masing kelompok masyarakat dengan membawa serta satu genggam padi bertangkai yang dalam bahasa saluan disebut Kongkom. 

Pada saat musyawarah berlangsung dan disaksikan oleh Bosanyo, ikatan padi  segenggam tadi disatukan oleh para wakil kelompok masyarakat tersebut menjadi satu ikatan besar yang disebut Tangkean.

Secara simbolis mengandung makna sebagai tanda ikatan persaudaraan antar kelompok masyarakat dan ketaatan serta kesetiaan kepada pemimpin yang lebih tinggi. 

Dari Tangkean inilah, awal mula cikal bakal lahirnya nama Desa.

Pengaruh situasi dan kondisi dari masa kemasa yang mengikuti alur irama perkembangan perjalanan sejarah maka kata Tangkean berubah menjadi Tangkian atau Tangkiang, yang telah menjadi nama Desa seperti yang kita kenal sekarang ini. 

Pada zaman Belanda yakni tahun 1907, Desa Tangkiqng perna menjadi ibu kota dengan bentuk atau sistem pemerintahannya disebut Distrik, yang secara paralel mewilayai Bunta dan Tangkiang, istilahnya disebut Distrik Bunta yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang bergelar Bosanyo Tangkiang, yang membawahi pimpinan wilayah yang disebut Kapitan, yakni Kapitan Tangkiang, Kapitan Bunta dan Kapitan Duhian. 

Pada masa itu tampuk pemerintahan dijabat oleh Haji Abdullah.
Beliau digelari dengan sebutan Bosanyo tangan besi karena sejak kepemimpinannya yang disiplin, keras, dan tegas dalam melaksanakan tugas untuk menegakkan peraturan pemerintahan yang berlaku.

Setelah berakhirnya masa jabatannya  dan disusul masuknya Jepang yang memerintah Indonesia, secara otomatis para kapitan memisahkan diri dan memimpin wilayah masing-masing. 

Pada akhir pemerintahan Belanda dan masuknya pemerintahan Jepang, disusul pula dengan era kemerdekaan, khususnya wilayah kapitan Tangkiang  berubah bentuk menjadi pemerintahan yang disebut Kampung yang dipimpin dengan sebutan kepala kampung.

Seiring perjalanan waktu, saat ini Kampung Tangkiang telah berubah menjadi Desa dan sebagai salah satu Desa diwilayah Kecamatan Kintom dengan kekayaan Sumber Daya Alamnya yang melimpah.

Tak hanya itu, nama Tangkian kemudian diabadikan menjadi nama pelabuhan laut yang menjadi salah satu dari dua pelabuhan Bongkar Muat terbesar di Kabupaten Banggai.

Sampai saat ini, Tangkian telah 18 kali melakukan pergantian pimpinan di Desa dan pejabat Kepala Desa yang ke 19 dijabat oleh Bapak Abdul Hafid sampai sekarang.

Demikian sejarah singkat Desa Tangkian, semoga bisa menambah pengetahuan kita tentang sejarah suatu wilayah khususnya Desa Tangkian dan bila ada kekeliruan dalam penyebutan nama tokoh ataupun historinya, kiranya bisa memberikan masukan tambahan demi melengkapi pengetahuan kita semua dan tentunya bagi kami selaku penulis. (Muhlis Asamin)
© Copyright 2022 - MITRAPERS ONENEWS