Breaking News

Api Muda KNPI Banggai dan Kepemimpinan Didi Djibran

Banggai, Sulteng - Sejarah selalu punya cara mencatat jejak anak zamannya. Dan di Banggai, jejak itu terbakar terang lewat kepemimpinan seorang tokoh muda: Didi Djibran. Ia bukan hanya memimpin KNPI sebagai organisasi, melainkan menghadirkan KNPI sebagai roh kolektif pemuda—roh yang menolak diam di persimpangan sejarah.

Kita semua ingat ketika pandemi Covid-19 mengguncang. Saat ketakutan merayap di jalan-jalan, banyak yang memilih bersembunyi. Tapi tidak dengan KNPI Banggai. Di bawah komando Didi Djibran, mereka bergerak cepat: membentuk Satgas Pemuda, menyalurkan bantuan, membuka akses kesehatan, hingga menyelenggarakan vaksinasi massal. Bagi saya, itu adalah bukti paling konkret bahwa pemuda Banggai tidak hanya hadir dalam slogan, melainkan berdiri di garda depan kehidupan.

Namun, yang membuat saya kagum adalah visi jauh ke depan. Didi Djibran melihat bahwa krisis bukan hanya urusan medis, tetapi juga soal relasi manusia dengan alam. Maka lahirlah kampanye Go Green—penanaman seribu pohon, bersih pantai, dan dialog lingkungan. Di sini pemuda Banggai mengirim pesan kuat: bumi bukan sekadar pijakan, tetapi warisan sakral yang harus diselamatkan.

Di Luwuk Utara, KNPI bahkan menyalakan gerakan Pemuda Bertani. Sebuah langkah yang menurut saya sangat visioner. Sebab, isu pangan hari ini bukan lagi sekadar urusan petani tua, melainkan pertaruhan kedaulatan bangsa. Dan Didi Djibran dengan cerdas menanamkan kesadaran itu di dada generasi muda.

Lebih dari itu, KNPI Banggai juga berani berinvestasi pada hal yang paling berharga: manusia muda itu sendiri. Youth Leadership Development, KNPI Scholarship Forum, KNPI Mengajar, relawan wisata, hingga festival musik menjadi ruang-ruang kreativitas yang tak ternilai. Di titik inilah saya percaya, Didi Djibran sedang membangun fondasi yang lebih dalam daripada sekadar program—ia membangun mentalitas generasi.

Langkah politik monumental pun dicatat: penyerahan Draft Perda Kepemudaan di momentum Sumpah Pemuda. Bayangkan, suara pemuda yang biasanya hanya dianggap gema jalanan, kini hadir dalam ranah kebijakan formal. Itu bukan sekadar simbol, itu adalah revolusi sunyi.

Tentu saja, denyut kebersamaan tetap hidup. KNPI Banggai menghadirkan program sosial: KNPI Berqurban, santunan yatim, donor darah, senam sehat, hingga KNPI Awards. Semua itu bukan basa-basi, melainkan cara mereka menegaskan bahwa solidaritas sosial adalah napas pergerakan.

Dan jangan lupa: Didi Djibran tidak meninggalkan akar budaya Banggai. Melalui pelestarian cagar budaya, ia seolah berbisik pada generasinya: modernitas tanpa akar hanyalah ombak tanpa pantai.

Kini, langkah besar sudah dipijakkan: Deklarasi Kabupaten Layak Pemuda dan dorongan industrialisasi migas. Dua agenda strategis yang, bila konsisten dijalankan, akan menulis sejarah baru Banggai di peta Indonesia.

Saya melihat semua capaian ini bukan sebagai daftar kegiatan, tetapi sebagai mosaik perjuangan kolektif. KNPI Banggai adalah bukti hidup bahwa pemuda bukan sekadar penonton zaman, melainkan aktor utama sejarah. Dan di balik itu semua, ada satu nama yang tak bisa diabaikan: Didi Djibran.

Sejarah kelak akan menulis, pemuda Banggai di bawah kepemimpinan Didi Djibran adalah generasi yang berani menyalakan obor peradaban di tanahnya sendiri. (red)

Penulis : Hertop

© Copyright 2022 - MITRAPERS ONENEWS