Bangkep, Sulteng – Di sebuah sudut halaman sederhana di Buko Selatan, seorang pria tampak sedang memahat selembar papan kayu. Di atas papan itu terukir tulisan “Podcast Om Simbil” dengan guratan tangan yang tegas namun artistik. Malam yang tenang menjadi saksi proses kreatif seorang pegiat seni yang juga dikenal sebagai aktivis sosial dan pencinta lingkungan, Irwanto Diasa atau akrab disapa Simbil.
Nama “Simbil” sudah tidak asing bagi masyarakat Banggai Kepulauan. Bagi banyak orang, ia bukan hanya dikenal karena kepeduliannya terhadap seni dan lingkungan, tetapi juga karena keberaniannya bersuara untuk hal-hal yang menyangkut kepentingan publik. Dalam berbagai kesempatan, Simbil tampil sebagai sosok yang menyejukkan sekaligus tegas menyampaikan kritik terhadap kebijakan yang dianggap kurang berpihak pada masyarakat dan kelestarian alam.
“Bagi saya, seni dan suara kritis itu punya ruh yang sama, sama-sama lahir dari kejujuran dan rasa cinta terhadap kehidupan,” ujarnya suatu ketika dalam obrolan santai.
Seni Sebagai Media Ekspresi dan Perubahan
Lewat tulisan Podcast Om Simbil, ia memadukan dua dunia yang digemarinya : seni dan komunikasi publik. Rencana pendirian Podcast ini menurutnya sebagai ruang alternatif guna membicarakan isu-isu lokal, mulai dari lingkungan, budaya hingga persoalan sosial kemasyarakatan di Bangkep.
Namun, bagi Simbil, semua itu berawal dari kesenangan sederhana yakni menciptakan sesuatu dengan tangannya sendiri. Ia sering menghabiskan waktu membuat karya ukiran kayu, melukis wajah-wajah tokoh atau sekadar merancang papan bertuliskan pesan moral.
“Seni itu bukan soal indah atau tidaknya hasil, tapi tentang keberanian menuangkan pikiran dan perasaan,” katanya.
Papan kayu bertuliskan “Podcast Om Simbil” yang ia buat adalah contoh nyata. Bahan dari sisa potongan kayu, dikombinasikan dengan sketsa wajah dan tulisan tangan khas, mencerminkan karakter kuat sekaligus hangat dari sosok yang dikenal dekat dengan masyarakat ini.
Aktivis yang Tumbuh dari Desa
Irwanto, sosok yang menjalani masa kecil, remaja, pemuda hingga dewasa di Desa Pesisir di Buko Selatan. Lingkungan pesisir dan pegunungan yang berpadu menjadi inspirasi dalam banyak karyanya. Dari sanalah tumbuh kesadaran tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
Ia aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan budaya, terutama yang berkaitan dengan kontrol kebijakan publik, pelestarian lingkungan dan penguatan peran komunitas desa. Tak jarang, Simbil menjadi jembatan komunikasi antara warga dan pemerintah, terutama dalam menyuarakan isu-isu agraria, pesisir dan lingkungan hidup.
“Kalau kita diam, maka suara rakyat kecil akan tenggelam. Tugas kita menjaga agar suara itu tetap terdengar,” ungkapnya dengan nada mantap.
Cermin Gerakan Lokal yang Menginspirasi
Apa yang dilakukan Simbil mungkin terlihat sederhana. Namun dari tangannya, semangat besar untuk perubahan lahir dalam bentuk karya dan tindakan nyata. Ia menunjukkan bahwa aktivisme tak selalu harus lewat demonstrasi atau panggung besar. Bisa dimulai dari bengkel kecil di halaman rumah, dari obrolan santai atau bahkan dari sepotong kayu yang disulap menjadi simbol perjuangan.
Ia berharap, Podcast Om Simbil nantinya menjadi wadah tempat gagasan, kritik dan inspirasi bertemu. Dengan bahasa lokal dan pendekatan yang hangat, Simbil ingin terus mengajak masyarakat Bangkep untuk peduli terhadap lingkungannya dan berani bersuara demi kebaikan bersama.
“Bagi saya, perubahan itu bukan menunggu orang lain bergerak. Tapi dimulai dari diri sendiri, dari tempat di mana kita berpijak,” tutupnya. (red)

Social Header