Breaking News

Hilangnya Makna Filosofis Ritual Adat Malabot Tumbe

Banggai Laut, mitrapers onenews.co.id,- (24/11/2025) Di tengah gemerlapnya penyelenggaraan Festival Malabot Tumbe yang menyedot anggaran besar, kondisi Keraton Kerajaan Banggai sebagai jantung dari ritual adat tersebut justru menampilkan wajah yang memprihatinkan. Kritik keras datang dari tokoh setempat yang menyesalkan ketidakpedulian Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banggai Laut terhadap pemeliharaan situs cagar budaya yang menjadi fondasi utama festival.

Narasumber, sebut saja Muhlis kepada media ini (24/11) dengan tegas menyoroti kontradiksi antara kemegahan festival dengan realitas kondisi Keraton.

"Paling tidak keratonnya perlu diperhatikan dari segi bangunan. Bukan hanya dibiarkan tak ada anggaran untuk pengecatan atau rehabilitasi perbaikan keraton," ujar Muhlis dengan nada kecewa.

Ia menyayangkan alokasi anggaran yang tampak timpang, hanya berfokus pada aspek Festival Malabot Tumbe yang digelar secara besar-besaran, sementara inti dari perhelatan itu sendiri, yakni Keraton Banggai sebagai simbol adat dan budaya, dibiarkan terabaikan.

"Kita seharusnya, malu menyambut para tamu dengan kondisi keraton seperti ini," lanjut Muhlis. "Tanpa Keraton dan ritual adatnya, tak akan ada Festival Malabot Tumbe." tandasnya.

Festival Malabot Tumbe merupakan prosesi adat sakral penjemputan telur Burung Maleo yang sarat akan nilai persaudaraan dan tradisi Kerajaan Banggai. Kehadiran Keraton bukan hanya sekadar latar belakang, melainkan elemen vital yang menegaskan otentisitas dan kesakralan ritual.

Muhlis mendesak agar Pemerintah Daerah, khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banggai Laut, segera mengambil langkah konkret. Ia menuntut agar anggaran daerah yang cukup dialokasikan untuk perbaikan dan perawatan Keraton secara menyeluruh, tidak hanya saat mendekati acara seremonial.

"Harapan kami, Pemerintah Daerah oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan harusnya mempersiapkan atau menggelontorkan anggaran untuk perbaikan keraton, menggunakan dana daerah. Jangan sampai situs sejarah kita hancur hanya karena minimnya kepedulian," tegasnya.

Kondisi Keraton Banggai saat ini menjadi cerminan nyata bahwa fokus pelestarian budaya daerah di Banggai Laut masih sebatas kulit luar (seremonial) dan belum menyentuh inti (pemeliharaan situs warisan). Diharapkan kritik keras ini menjadi cambuk bagi instansi terkait untuk menempatkan pemeliharaan cagar budaya pada prioritas tertinggi, demi menjaga marwah adat dan martabat Kabupaten Banggai Laut. (MCF/Kabiro Balut)
© Copyright 2022 - MITRAPERS ONENEWS