Pasalnya, dalam aksi itu, mahasiswa tampak membawa spanduk bertuliskan “Naikkan Gaji Tendik (Tenaga Pendidik)”, yang kemudian menuai banyak tanggapan positif dari warganet.
Gelombang simpati publik mengalir deras di kolom komentar, di mana masyarakat memberikan dukungan moral kepada mahasiswa agar tetap menjaga keamanan dan tidak melakukan aksi anarkis. Pesan utama yang mencuat antara lain keprihatinan terhadap nasib para tenaga pendidik (Tendik), khususnya guru, yang dinilai belum mendapat perhatian layak dari pemerintah.
Sorotan publik ini kian tajam karena muncul di tengah kontroversi usulan kenaikan gaji anggota DPR yang dinilai tidak sensitif terhadap kondisi ekonomi rakyat. Perbandingan pun makin kontras setelah pernyataan salah satu elite nasional yang menyebut “guru beban negara” ramai menuai kritik di jagat maya.
“Guru adalah pilar bangsa. Jika gaji DPR bisa dinaikkan, kenapa nasib guru justru diperdebatkan seolah mereka hanya beban ?” ucap warga yang enggan disebutkan namanya.
Fenomena ini memperlihatkan bahwa ditengah terpaan berbagai ragam isu, perhatian terhadap kesejahteraan guru justru menguat. Keberadaan guru bukan sekadar persoalan teknis anggaran, melainkan sudah menjadi problem moral dan keadilan sosial yang menyentuh nurani publik.
Mahasiswa UNTAD melalui aksi damainya dianggap berhasil mengangkat kembali aspirasi masyarakat yang menghendaki penghargaan lebih besar terhadap jasa pendidik.
Hingga kini, video aksi tersebut terus beredar di berbagai platform media sosial, memperluas percakapan publik tentang urgensi memperjuangkan kesejahteraan tenaga pendidik. (red)
Social Header