Banggai Kepulauan, Sulteng – Sosok Irwanto Diasa atau yang akrab disapa “Darah Juang” dan lebih dikenal dengan gelar “Simbil” yakni panggilan akrab untuk orang yang senang memelihara Kumis dan Jenggot di suku seasea. Irwanto atau Simbil adalah figur pemuda Peling Barat yang namanya kian akrab di telinga masyarakat.
Berpenampilan sederhana, pria yang kini dipercaya sebagai Ketua organisasi yang berlatar belakang Adat Seasea ini bukan hanya dikenal sebagai kepala rumah tangga, tetapi juga tokoh pemuda yang punya kepedulian besar terhadap masyarakat dan lingkungannya. Sebagai simbol masyarakat adat Pulau Peling, Simbil hadir dengan komitmen menjaga tradisi, adat, dan kearifan lokal yang diwariskan leluhur.
“Adat bukan sekadar simbol, tapi identitas yang harus kita jaga. Kalau bukan kita, siapa lagi yang mau melestarikan warisan leluhur ini ?” ungkap Irwanto dalam satu kesempatan.
Di luar peran adat, Irwanto aktif menjadi kontrol sosial publik. Suaranya kerap hadir dalam berbagai forum maupun ruang-ruang diskusi, terutama ketika menyangkut isu lingkungan. Baginya, perlindungan hutan, laut, dan pesisir Banggai Kepulauan adalah tanggung jawab generasi sekarang untuk diwariskan kepada anak cucu kelak.
“Alam memberi kita kehidupan. Kalau hutan rusak, laut tercemar, kita juga yang akan kehilangan. Karena itu, menjaga lingkungan sama dengan menjaga masa depan anak cucu kita,” tegasnya.
Tak hanya bicara, Irwanto juga menjalin kemitraan yang baik sekaligus terlibat langsung dalam berbagai kegiatan NGO Blue Aliance yang bergerak di bidang pelestarian dan pemanfaatan lingkungan. Kiprahnya sebagai aktivis muda menegaskan bahwa peduli lingkungan bukan sekadar slogan, melainkan sebuah cara hidup.
Namun di balik perannya sebagai tokoh adat dan aktivis, Irwanto tetaplah seorang kepala keluarga. Sehari-hari, ia dikenal sebagai pekerja tukang meubel dengan usaha pribadi yang ia rintis. Di bengkel kerjanya yang sederhana, ia mengolah kayu menjadi karya bernilai guna, sembari menghidupi keluarga dan tetap setia pada komitmen sosial serta adatnya.
“Bekerja itu kewajiban, tapi peduli sesama dan alam itu kebutuhan hati. Dua-duanya saya jalani, karena itulah jalan hidup saya,” ujar Irwanto dengan nada mantap.
Kehadiran Irwanto Diasa adalah potret nyata pemuda daerah yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi juga lingkungannya. Ia menunjukkan bahwa adat, lingkungan dan kehidupan modern bisa berjalan berdampingan jika ada kesadaran dan kepedulian dari generasi muda.
Irwanto “Simbil” Diasa membuktikan bahwa menjadi pemuda bukan sekadar soal usia, melainkan tentang kepedulian, tanggung jawab, dan keberanian bersuara untuk kebaikan bersama. (Red)
Social Header