Menariknya, capaian ini bukan semata hasil kebijakan pemerintah, melainkan buah dari semangat masyarakat Bangkep yang mampu bertahan hidup dengan memanfaatkan sumber daya alam (SDA) secara alami, baik dari laut maupun darat.
“Angka ini didominasi oleh semangat tarung masyarakatnya dan tersedianya kekayaan alam yang selalu menjadi tumpuan hidup,” ujar pemerhati daerah Bangkep, Irwanto Diasa (Simbil), dalam opininya.
Menurutnya, pemerintah daerah belum menunjukkan langkah spesifik dalam mendongkrak pendapatan per kapita masyarakat. Namun, di tengah keterbatasan itu, alam Bangkep masih mampu menghidupi warganya.
Irwanto menegaskan pentingnya menjaga kelestarian alam dan keseimbangan ekosistem di Banggai Kepulauan.
“Kalau belum mampu mengelola secara maksimal, minimal jangan merusaknya,” tegasnya.
Ironisnya, dua sektor unggulan Bangkep, yakni kelautan dan pariwisata, hingga kini belum tersentuh serius oleh pemerintah daerah. Padahal, jika digarap maksimal, kedua sektor ini diyakini bisa menjadikan Bangkep sebagai poros ekonomi baru di Sulawesi Tengah.
Apalagi, dalam rencana pembangunan nasional, Bangkep telah masuk dalam kawasan poros ekonomi maritim Sulteng, peluang besar bagi kebangkitan ekonomi berbasis laut dan wisata.
Irwanto juga mengingatkan mengambil cintoh daerah lain seperti Morowali dan Morowali Utara yang kini bertumpu pada industri nikel. Berdasarkan data Lemhannas, cadangan nikel di wilayah itu diperkirakan akan habis dalam 11 tahun ke depan, menyisakan ancaman kerusakan ekologis.
“Bangkep harus belajar dari situ. Kita hidup di pulau indah dengan laut luas dan pesisir panjang. Mari jaga alam ini dari tangan-tangan serakah demi masa depan anak cucu kita,” pungkasnya. (red).
Social Header